‘’Ngomongin akademik di Australia terutama di kampus kayak ANU jujur ini bukan soal pintar atau nggaknya. Ini soal seberapa cepat kamu bisa adaptasi. Aku sendiri baru benar-benar nemu ritme belajar di semester 4. Tiga semester pertama? keteteran. Jurusanku Economics, kuantitatif berat, isinya teori + hitung-hitungan yang bikin mikir keras dari hari pertama’’ ucap Diptya Hanindyojati, mahasiswa S2 Economics di College of Business & Economics (CBE), Australian National University (ANU).
Tantangan utamanya bukan bahasa, tapi level materi. Bahkan mahasiswa dengan IELTS tinggi (8.5) tetap kesulitan, terutama di mata kuliah berbasis matematika. Di ANU, standar akademik mengikuti Australian Qualification Framework (AQF). Kelas Bachelor dan Master sering digabung, dengan materi yang sama dan perbedaan utama ada di tingkat kesulitan ujian. Untuk mata kuliah teori seperti Microeconomic Theory dan Macroeconomic Theory, mahasiswa Master bisa satu kelas dengan mahasiswa Doctoral tahun pertama.
Di semester awal, aku langsung berhadapan dengan Mathematical Economics dan Optimisation. Intensitasnya tinggi, dan aku perlu bantuan tambahan di luar kampus. Baru di semester 4 aku nemu metode belajar yang lebih efektif: materi dari LMS diringkas, lalu dibuatkan soal latihan tambahan untuk simulasi ujian. Ini krusial karena soal tutorial sering tidak cukup merepresentasikan tingkat kesulitan final exam.
Sistem penilaian di jurusanku sangat exam-oriented. Final exam punya bobot 60–70%, bahkan ada mata kuliah yang sampai 80%. Tugas biasanya hanya 30–40%. Struktur semester berjalan selama 17+1 pekan: O-Week, dua fase perkuliahan masing-masing enam pekan, mid-term break, lalu tiga pekan penuh untuk ujian akhir. Di jurusan lain, seperti Manajemen, penilaiannya bisa lebih dominan esai dan presentasi. Aku sendiri selama dua tahun hanya dua kali presentasi, sisanya fokus ke ujian tertulis dan perhitungan.
Untuk tugas akhir, mayoritas S1 dan S2 di ANU bersifat non-thesis. Meski begitu, di Economics tetap ada case study berbasis replikasi jurnal sekitar 5.000 kata, yang secara analisis dan struktur sudah mendekati mini thesis. Jalur riset seperti MPhil tersedia, tapi memang ditujukan untuk yang ingin fokus ke dunia akademik.
Berdasarkan pengalamanku, ini cara "hack" sistem akademik di sana:
- Prioritaskan final exam sejak awal semester. Cek bobot nilai di course outline, lalu alokasikan waktu belajar berdasarkan persentase nilai bukan jumlah tugas.
- Latihan soal di level ujian, bukan tutorial. Cari past papers, soal Master/Doctoral, atau buat simulasi soal sendiri karena tutorial sering terlalu basic.
- Bangun sistem belajar mandiri dan pakai AI sebagai learning partner. Ringkas materi LMS, buat bank rumus/catatan sendiri, dan review rutin per minggu jangan nunggu menjelang exam.
Untuk tugas akhir, mayoritas program S1 dan S2 di ANU tidak menggunakan skema thesis. Meski begitu, khusus di Economics tetap ada case study berbasis replikasi jurnal dengan panjang sekitar 5.000 kata. Secara struktur dan analisis, tugas ini menuntut kemampuan riset dan penulisan yang setara dengan mini thesis. Jalur riset seperti MPhil juga tersedia, namun memang diperuntukkan bagi mahasiswa yang sejak awal ingin menekuni ranah akademik.
Secara keseluruhan, sistem akademik di Australia menuntut kemandirian belajar, kesiapan mental, serta strategi yang jelas. Perkuliahan tidak cukup dijalani hanya dengan hadir di kelas dan menyelesaikan tugas. Tanpa adaptasi yang tepat terhadap ritme belajar dan pola penilaian, mahasiswa dengan latar belakang akademik kuat sekalipun tetap berpotensi kewalahan.
Baca juga: Tips Sukses Menjalani Tahun Pertama Kuliah di Australia
Di luar aspek akademik, pengalaman studi di luar negeri memberikan nilai tambah yang tidak selalu terlihat secara langsung. Mahasiswa belajar mengelola waktu, ekspektasi, dan kehidupan sehari-hari secara mandiri. Lingkup pertemanan juga menjadi lebih beragam lintas budaya, terutama bagi mereka yang aktif berinteraksi dan keluar dari zona nyaman. Interaksi dengan dosen bergelar PhD membuka perspektif terhadap cara berpikir riset dan standar akademik global. Pada akhirnya, menyelesaikan seluruh proses ini menghadirkan rasa lega dan kepuasan setelah melewati fase yang panjang, menantang, dan melelahkan. Oleh karena itu, ketika kesempatan studi ke luar negeri datang baik dalam bentuk short course, program master, maupun jalur lain pengalaman tersebut layak dijalani secara sadar dan dimaksimalkan.